Nasional

Proyek Bendungan Leuwikeris Capai 59,5 Persen

BANJAR (PI)  – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air terus membangun bendungan untuk menjamin suplai air irigasi yang sebelumnya mengandalkan tadah hujan di wilayah Jawa Barat. Hal ini untuk mendukung Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Untuk meningkatkan produktivitas petani, pembangunan bendungan dilakukan untuk menjamin suplai air irigasi yang sebelumnya mengandalkan tadah hujan.

Salah satu bendungan yang tengah dibangun Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy, Ditjen Sumber Daya Air yakni Bendungan Leuwikeris. Waduk ini terletak di dua kabupaten, yakni Ciamis dan Tasikmalaya.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan bendungan akan meningkatkan kapasitas tampungan air sehingga membantu kontinuitas suplai air irigasi ke sawah terjaga. Bendungan Leuwikeris merupakan salah satu dari 61 waduk lanjutan yang terus dikerjakan pasca periode 2015-2019. Dari jumlah tersebut, 15 diantaranya sudah selesai dan terisi air.

“Sungai Citanduy belum memiliki bendungan. Apabila bendungannya sudah rampung, maka kontinuitas suplai air ke sawah terjaga. Selama ini lahan pertanian kerap mengalami banjir saat musim hujan dan kekurangan air pada musim kemarau,” kata Menteri Basuki.

Menurut dia, pekerjaan proyek bendungan ini tidak dihentikan selama pandemi Covid-19. Hal itu untuk menjaga kesinambungan roda perekonomian, terutama penyediaan lapangan kerja bagi kontraktor, konsultan dan tenaga kerja konstruksi beserta kegiatan yang mengikutinya.

“Kegiatan pembangunan bendunganyang berlanjut pun diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemulihan ekonomi nasional dalam tatanan baru (new normal), mengingat industri konstruksi saat ini menyumbang tidak kurang dari 10 hingga 11 persen pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional,” tuturnya.

“Progres fisik Bendungan Leuwikeris yang telah dimulai tahun 2016 dan ditargetkan selesai tahun 2021 saat ini sudah mencapai 59,52%. Kontrak kerja pembangunannya terbagi menjadi empat paket dengan nilai total Rp 2,6 triliun,” kata Basuki dalam keterangan tertulisnya.

Ia menyebut, Bendungan Leuwikeris akan mengairi jaringan irigasi seluas 11.216 hektar DI Lakbok Utara dan DI Lakbok Selatan. Manfaat lainnya adalah mensuplai air baku sebesar 850 m³/detik, untuk mereduksi banjir sebesar 11,7% dari 509,7 m³/detik menjadi 450,02 m³/detik, dan potensi listrik sebesar 20 MW.

Pembangunan Bendungan Leuwikeris. (Dok Kementerian PUPR)

Bendungan Leuwikeris akan mengairi jaringan irigasi seluas 11.216 hektar Daerah Irigasi (DI) Lakbok Utara dan DI Lakbok Selatan. Manfaat lainnya yakni mensuplai air baku sebesar 850 m3/l per detik, untuk mereduksi banjir sebesar 11,7 persen dari 509,7 m3 per detik menjadi 450,02 m3 per detik, dan potensi listrik sebesar 20 MW.

Kapasitas tampung Bendungan Leuwikeris cukup besar, yakni 81,44 juta m3 atau 6 kali lebih besar dari Bendungan Raknamo di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sebesar 14 juta m3.

Pembangunan Bendungan Leuwikeris ditargetkan akan selesai pada 2021. Bendungan yang memiliki tampungan efektif sebanyak 45,35 juta meter kubik ini akan memasok air untuk Daerah Irigasi (DI) eksisting seluas 11.216 hektar, juga sebagai penyedia air baku untuk Kota Banjar, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Ciamis sebesar 845 liter per detik.

Kepala SNVT Pembangunan Bendungan BBWS Citanduy, Budi Prasetyo menjelaskan bendungan ini juga akan bermanfaat untuk mereduksi banjir periode 25 tahunan dari 509,7 m3/detik menjadi 450,2 m3/detik, juga berpotensi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 2×10 MW.

“Awalnya lokasi quarry untuk material tubuh bendungan belum siap untuk dieksplorasi, jadi kami cari solusi dengan mendesain ulang bagian tubuh bendungan dengan memanfaatkan material batu hasil galian dari spillway,” terang Budi Prasetyo menceritakan pengalamannya.

Selain berbagai manfaat tadi, Bendungan Leuwikeris nantinya diharapkan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat melalui kegiatan pariwisata di sekitar bendungan tersebut.

Paket pertama dikerjakan oleh PT Pembangunan Perumahan-PT Bahagia Bangun Nusa lewat skema kerja sama operasi (KSO) untuk konstruksi tubuh bendungan (main dam) dan fasilitas umum senilai Rp 867 miliar. Paket kedua oleh PT Waskita Karya–PT Adhi Karya (KSO) untuk pembangunan pelimpah (spillway) senilai Rp 642,33 miliar.

Sementara paket ketiga dikerjakan oleh PT Hutama Karya untuk pekerjaan terowongan pengelak (tunnel divertion) dan pembangunan jalan akses senilai Rp 385,46 miliar. Paket selanjutnya yakni pekerjaan plugging terowongan pengelak, pembetonan spillway, dan pekerjaaan electrical serta hydromechanical senilai Rp 768,88 miliar oleh PT Waskita Karya-PT Hutama Karya-PT Basuki Rahmanta Putra (KSO). Sedangkan konsultan pengawasan oleh PT Virama Karya dan PT Catur Bina Guna Persada (KSO) sebesar Rp 49,12 miliar. (Ajat Sudarjat/Nana Suherna)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button