Pendidikan

Fasilitas MTs Negeri 5 Sumedang Dijadikan Ajang Bisnis Kepala Sekolah

SUMEDANG (pelitainvestigasi.com) – Terciptanya proses belajar mengajar yang menyenangkan tidak lepas dari peran berbagai aspek. Salah satunya aspek sarana dan prasarana yang penting di sekolah. Salah satu contoh fasilitas di sekolah yang paling penting dan dibutuhkan adalah kursi dan meja. Bahkan fasilitas MCK (Toillet) juga penting adanya, fasilitas sekolah yang lengkap sangat menunjang untuk anak didik dalam meningkatkan pendidikan.

Dengan fasilitas sarana dan prasana memadai yang disiapkan pemerintah untuk anak didik tidak selalu bisa memberikan kenyamanan dan menujang berjalanya pendidikankan yang baik, seperti yang terjadi di MTs Negeri 5 Sumedang berlokasi di Jl. Raden Ali Sadikin No.158 Ujungjaya Sumedang.

Siswa/siswi MTsN 5 Sumedang harus merogoh kocek bila ke Toilet

Orangtua/wali siswa yang tidak mau disebutkan namanya kepada awak media Pelita Investigasi mengatakan, MTs Negeri 5 Ujungjaya yang dibiayai oleh negara dengan fasilitas yang cukup memadai saat ini dijadikan ajang bisnis oleh kepala sekolah. Banyak pungutan liar (pungli) dengan dalih infak terjadi di sekolah itu.

Menurutnya, siswa dibebani untuk membiayai apabila ada kerusakan fasilitas sekolah. Terus dikemanakan anggaran perawatan sekolah selama ini?

“Kepala MTs Negeri Ujungjaya semua cela dijadikan bisnis seperti toillet siswa harus bayar Rp 1000, siswa yang tidak tepat waktu selain dihukum harus bayar Rp 2000. Yang paling parah kepala sekolah mewajibkan siswa-siswinya beli air mineral dengan harga Rp 2000, kami sebagai orangtua siswa merasa keberatan dengan sikap kepala sekolah yang semua dijadikan lahan uang, pada akhirnya anak kami sekolah di MTs Negeri Ujungjaya tidak nyaman,” ucapnya.

Kepala MTs Negeri 5 Sumedang, Dadang M Arkan, S.Ag., M.Pd.I

Saat dikonfirmasi media Pelita Investigasi, Kepala MTs Negeri 5 Ujungjaya, Dadang M Arkan, S.Ag., M.Pd.I, di ruangannya, Jumat (2/8/2024) membenarkan adanya pungutan toillet, siswa yang datang tidak tepat waktu dan penjualan air mineral.

“Tujuanya kami toillet harus bayar uang untuk bayar penjaga toillet yang mana pejaganya dari orang tua murid, lalu bagi siswa-siswi yang terlambat datang ke sekolah selain ada hukuman ringan dan harus bayar 2000.00 supaya ada efek jera dan terbukti mengurangi, terus dengan sekolah menjual air mineral supaya keuntungannya kami simpan untuk akhir tahun mengadakan study tour,” katanya.

Dadang menjelaskan, kami sangat aneh siswa siswi di sini itu apakah kerana daerahnya atau gimana,? karena sikap siswa di sini seperti ada kelaianan jiwa, seperti toillet harus bayar toillet itu mampet pas disedot isinya soptex bahkan ada yang disumpel oleh bekas air mineral, dan pernah ada siswa yang meroko ditoillet jadi itu alasanya, kami juga pernah kerjasama dengan Puskesmas setempat untuk pemeriksaan kejiwaan, hasilnya ada beberapa siswa yang kelainan jiwa, tapi saya tidak bisa menyebutkan namanya,” pungkasnya. *(Tim Investigasi)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button